Berkaca pada "American Ramadhan"

warga muslim Indonesia sangat bersyukur karena menjadi kaum mayoritas di tempat tinggalnya...
seperti aku, yg merasa setiap Ramadhan pasti selalu terasa kurang apabila gaung Ramadhan tidak bertalu di sekitar kos (baca  : Homesick Ramadhan )
namun tetap, suport untuk melaksanakan puasa 30 hari amatlah tinggi di Indonesia

jadi teringat ttg note yg pernah aku tulis di Facebook pada tgl 10 September 2010 ttg Ramadhan di Amerika...

please enjoy the note :)



------------------------------------------------------------------------------------------------------


sore tadi baru saja menyaksikan American Ramadhan di Metro TV....
mmm...so inspired... :)





disitu dikisahkan kehidupan para muslimin dan muslimah yg ada di negeri Adikuasa itu pada saat bulan Ramadhan...
dan, jikalau ada anggapan, bahwa para penganut muslim yg ada di sana merupakan keturunan Timur Tengah, ternyata tidak sepenuhnya benar, karena ada beberapa dari mereka yg notabene sbg orang asli USA (Afro-Amerika, dan bule2 Amerika) juga tergugah hatinya utk memeluk Islam

namun, alangkah bersyukurnya para umat muslim di Indonesia, walaupun beda lokasi, beda situasi Ramadhan, bagaimanapun nuansa Ramadhan masih tetap terasa gaungnya

banyak warung makan menutup jendela kacanya hanya untuk menghormati orang yg sedang berpuasa
(padahal kalau dipikir2, jikalau orang yg berpuasa itu benar2 berniat puasa, tentu saja mau bagaimanapun ada orang makan enak di depannya, pasti tidak akan berpengaruh)
di mall dan tempat public lain, disuarakan alunan musik Islami dan gemerlap hiasan2 perayaannya
para muslimah bisa dengan mudahnya berduyun2 ke masjid terdekat untuk menunaikan sholat wajib dan sunnah
semua karyawan, atasan, bawahan bisa saling menghormati saat banyak diantara mereka yg melaksanakan puasa, dan ada sebagian yg tidak (bagaimanapun Bhinneka Tunggal Ika bukan merupakan sebuah kata2 saja)
hidangan khas Ramadhan dengan berbagai menu juga ramai2 dijual di sepanjang jalan
dan, pada saat Idul Fitri, semua orang berlomba2 utk merayakan, semua masjid dan lapangan serasa sudah di-booking untuk pelaksanaan sholat Ied

membayangkan suasana di perantauan, dan membandingkan dengan kehidupan para kaum muslimin di USA
betapa tegarnya mereka melakukan kegiatan Ramadhan sebulan penuh, sebagai kaum minoritas di negara yang bahkan mencari makanan halal pun susah
bagaimana mau mendengar adzan maupun suara tadarus Al Quran dsana?
bahkan perasaan aneh di tanah rantau karena menyiapkan sahur dan berbuka puasa sendirian pun jadi tidak ada apa2nya dibandingkan mereka
perasaan aneh karena seringkali tidak melakukan jamaah tarawih di masjid pun seperti dlu, juga tidak terasa hal yg penting dibanding mereka
perasaan aneh karena tidak ada suara derap langkah orang yg berduyun2 ke masjid, dan aroma kehangatan Ramadhan seperti di rumah, lalu bagaimana dengan mereka, yg menunaikan shalat wajib pun terpaksa harus di tempat seadanya karena terbatasnya masjid?

dan di "American Ramadhan" benar2 terlihat, bagaimana semangat orang2 yg menjalankan puasa di tengah2 orang yg sedang makan sandwich, minum dan beraktivitas seperti bulan2 lainnya, tanpa ada waktu jam kerja berbeda
walaupun disekeliling mereka sama sekali bukan orang yg berpuasa (bahkan mungkin seorang muslim bisa dianggap aneh karena sama sekali tidak minum dan makan)
bandingkan saja dgn kantor2 dan sekolah di Indonesia yg terkadang jam masuk dan jam pulang nya disesuaikan ketika Ramadhan tiba
contoh paling nyata terjadi pada seorang legenda NBA basketball player Hakeem Olajuwon

"Olajuwon was still recognized as one of the league's elite centers despite his strict observance of Ramadan (e.g., abstaining from food and drink during daylight hours for about a month), which occurred during virtually every season of his career. Olajuwon was noted as sometimes playing better during the month, and in 1995 he was named NBA Player of the Month in February, even though Ramadan began on February 1 of that year."


themuslimjournalist.tumblr.com

betapa beruntungnya orang Muslim yg menjalankan Ramadhan di tengah situasi yang benar2 kondusif untuk menjalankan Ramadhan...seperti di Indonesia
di mall, beberapa counter menawarkan minuman pembuka gratis
di busway, ketika adzan Maghrib terdengar, serentak sejumlah banyak orang mengeluarkan minum dan makanan ringan, karena mereka sudah memperkirakan akan mengalami buka puasa di perjalanan
di setiap transportasi mudik lebaran, disediakan hidangan buka puasa, dan diberi kesempatan untuk melaksanakan sahur (pengalaman pribadi di kereta dan pesawat ketika mudik)

kembali lagi membayangkan situasi di USA
ketika orang2 yg benar2 berkeinginan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT mendapatkan banyak tekanan, terutama setelah peristiwa 9/11
jadi teringat nasib James Yee, seorang tentara Amerika sejati yg dgn niat ikhlas menjadi pembela negara dan agamanya (Islam), ternyata pun mengalami banyak tantangan di negara nya tercinta --> baca : FOR GOD AND COUNTRY (James Yee)

sekali lagi, aq cuma tidak bisa membayangkan, bagaimana perasaan seorang nasionalis Amerika sejati namun juga tetap bertekad menjalankan ibadah Ramadhan di negerinya sendiri....
salut,benar2 salut....


FYI :...tidak ada libur sekolah/kerja pada saat Idul Fitri....tidak mungkin ada mudik lebaran :)



Comments

Popular Posts